Faktor Lingkungan Ekonomi Yang Mempengaruhi Bisnis


BAGIAN 2
LINGKUNGAN BISNIS
Keberhasilan suatu perusahaan sebagian tergantung lingkungannya. Walaupun manger suatu  perusahaan tidak dapat mengendalikan lingkungan, mereka dapat cendereung membeuat keputusan bisnis yang menguntungkan dari lingkungan atau yang menawarkan proteksi yang menolak kondisi sebaliknya. Perusahaan akan dipengaruhi oleh tiga lingkungan bisnisnya yaitu :
1.       Lingkungan Ekonomi (Kondisi Ekonomi Makro)
2.       Lingkungan Industri (Kondisi Ekonomi Mikro)
3.       Lingkungan Global (Kondisi Ekonomi Internasional)

BAB 4
LINGKUNGAN EKONOMI
A.      FAKTOR EKONOMI MAKRO YANG MEMPENGARUHI KINERJA BISNIS
Kondisi ekonomi makro memberikan refleksi keseluruhan ekonomi dan dapat mempengaruhi kinerja dan nilai bisnis. Kinerja kebanyakan bisnis sangat tergantung pada tiga faktor ekonomi yaitu :
1.       Pertumbuhan Ekonomi
2.       Inflasi
3.       Suku Bunga.
1.       Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diinterfretasikan sebagai persentase dari perubahan PDB dari suatu periode ke periode lainnya. Pertumbuhan ekonomi mendorong penerimaan perusahaa, pertumbuhan ekonomi yang lambat mengakibatkan permintaan barang dan jasa yang lambat, yang dapat mengurangi penerimaan perusahaan
1.       Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Terdapat dua ukuran umum untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat total produksi dari barang dan jasa dalam ekonomi (PDB) dan jumlah total pengeluaran (Agregat Pengeluaran). Produk Domestuk Bruto (PDB) merupakan nilai pasar total dari barang dan jasa final yang diproduksi dalam negri, sedangkan Agregat Pengeluaran merupakan jumlah total pengeluaran dalam ekonomi.
Indikator alternati dari pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pengangguran. Indikator ini yang bermacam-macam sebaiknya dimonitor karena dapat memberikan indikasi perbaikan ekonomi. Empat tipe pengangguran yaitu :
a.       Pengangguran Friksi, orang yang menganggur karena menunggu dari pekerjaan yang sau ke pekerjaan yang lain.
b.      Pengangguran Siklis, orang yang menganggur karena kondisi ekonomi sedang buruk.
c.       Pengangguran struktural, orang yang menganggur karena tidak mempunyai keterampilan yang cakap
d.      Pengangguran musiman, orang yang jasanya tidak diperluka dalam bberapa waktu (musim).
Dari keempat jenis pengangguran, tingkat pengangguran siklis mungkin sebgai indikator terbaik dari kondisi ekonomi, apabila pertumbuhan ekonomi tumbuh, bisnis akan mempekerjakan orang lebih banyak hingga pengangguran menurun
Banyak indikator lain dari pertumbuhan ekonomi seperti Indek Produk Industri, Permulaan perumahan baru dan tingkat pendapatan indipidu.
2.       Sentitivitas Perusahaan akan Pertumbuhan Ekonomi
Beberapa perusahaan lebih sensitif daripada yang lain terhadap kondisi ekonomi karena permintaan produk mereka juga lebih sensitif terhadap kondisi tersebut. Misalkan permintaan produk pangan tidak begitu sensitif terhadap kondisi ekonomi, karena orang masih membeli walaupun ekonominya lemah, lain halnya dengan permintaan barang kebutuhan skunder dan tersier.
2.       Inflasi
Inflasi adalah peningkatan tingkat hara umum dari barang dan jasa dalam periode waktu tertentu. Inflasi dapat mempengarui biaya operasi perusahaan yang menghasilkan produk karena naiknya biaya barang pasokan dan bahan baku. Gaji juga dapat dipengaruhi tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan lebih tingginya biaya produksi perusahaan, penerimaan perusahaan mungkin juga akan tinggi selama periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan membebankan kepada harga yang lebih tingi sebagai konpensasi biaya mereka yang tinggi pula.
Terdapat dua tipe inflasi yaitu :
a.       Cos-push Inflation, merupakan situasi apabila produk diberi harga lebih tinggi karena biaya yang dialami perusahaan juga besar.
b.      Deman-pull Inflation, merupaka situasi ababila harga barang dan jasa tertarik naik karena permintaan konsumen yan kuat.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat menekan upah maupun harga. Prtumbuhan ekonomi yang kuat berarti pengangguran lebih sedikit jadi ekerja dapat bernegosiasi untuk meminta upah lebih tinggi dan perusahaan cenderung menaika harga produknya untuk menutup biaya yang lebih tinggi.
3.    Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga mewakili biaya meminjam uang. Pelaku bisnis memonitor secara seksama tingkat suku bunga karena mereka menentukan jumlah pengeluaran yang harus ditanggung apabila meminjam uang.
Perubahan dalam tingkat suku bunga di pasar dapat mempengaruhi pengeluaran biaya bunga perusahaan karena bunga pinjaman yang diminta oleh bangk komersial atau oleh kreditor lain untuk perusahaan adalah berdasarkan tingkat suku bunga di pasar.
Karena tingkat suku mempengaruhi biaya pendapatan beberapa proyek yang dipandang layak dalam periode suku bunga rendah, mungkin akan tidak layak dalam periode suku bunga tinggi. Maksudnya, proyek mungkin tidak akan cukup mengembalikan biaya pendanaanya. Sebagai konsekwensi perusahaan cenderung mengurangi tingkat ekspansi apabila suku bunga tinggi.
Dampak Tingkat Suku Bunga Pada Nilai Perusahaan, pada tingkat suku bunga rendah konsumen membeli produk dengan menggunakan dana pinjaman dengan biaya bunga rendah, sehingga permintaan untuk produk tersebut sangat kuat yang menimbulkan kinerja dan nilai perusahaan meningkat  secara subtansial (diukur dengan harga saham).

Pertumbuhan Ekonomi

Penerimaan
-
 



Biaya Operasional

Inflasi
                                                                                                                                                            


Biaya Bunga
Tingkat Suku Bunga
-
=

Laba
 










Gambar
Faktor Ekonomi Makro Mempengaruhi Laba Perusahaan

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, yang mempengaruhi permintaan produk perusahaan. Penerimaanya dan biaya operasionalnya dipengaruhi oleh inflasi. Biaya bunga dipengaruhi oleh pergerakan tingkat suku bunga.

B.      BAGAIMANA HARGA PASAR DITENTUKAN
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh perubahan harga yang ditentukan untuk produk (yang mempengaruhi penerimaan mereka) dan harga-harga yang harus mereka bayar untuk barang pasokan dan bahan baku (yang mempengaruhi biaya operasional). Harga produk dan pasokan tergantung kepada kondisi permintaan dan penawran.
a)      Jadwal Permintaan Untuk Suatu Produk
Adalah jadwal yang mengindikasikan kuantitas produk yang diminta pada setiap kemungkinan harga jual.
b)      Jadwal Penawaran Untuk Suatu Produk
Adalah jadwal yang mengindikasikan kuantitas suatu produk yang ditawarkan (diproduksi) oleh perusahaan pada setiap kemungkinan harga.
c)       Interaksi Permintaan dan Penawaran
Dari interaksi permintaan dan penawaran akan terjadi tiga kondisi yaitu surplus, minus dan ekuilibirium. Surpuls adalah situasi dimana kuantitas penawaran oleh perusahaan melebihi kuantitas yang diminta oleh pelanggan. Minus adalah situasi dimana kuantitas yang ditawarkan oleh perusahaa lebih sedikit daripada kuantitas permintaan oleh pelanggan. Harga ekuilibirium adalah harga dimana kuantitas produk yang ditawarkan perusahaan sama dengan kuantitas produk yan diminta pelanggan.
d)      Akibat dari Perbuhan Jadwal Permintaan atau Penawaran
Setelah waktu berlalu, kondisi yang berubah dapat menyebabkan jadwal permintaan atau penawaran untuk produk tertentu berubah. Konsuekwensinya, harga ekuilibirium untuk produk tersebut juga berubah.
e)      Akibat Permintaan dan Penawaran pada tingkat Harga umum
Tingkat harga umum adalah rata-rata harga dari semua barang dan jasa yang ada. Jika totalnya (agregat) permintaan oleh konsumen untuk semua atau sebagian besar produk tiba-tiba naik (mungkin karena naiknya tingkat pendapatan untuk sema tingkat konsumen) tingkat harga umum dapat naik. Tingkat harga umum juga mungkin terpengaruh oleh pergeseran dari jadwal penawaran untuk semua barang dan jasa. Jika jadwal penawaran untuk semua barang tiba-tia turun (karena naiknya pengeluaran memproduksi produk), maka tingkat harga umum harus naik pula.
C.      FAKTOR YANG MEMPENARUHI HARGA PASAR
Penyebab perubahan harga pasar baru adalah :
a)      Pendapatan Konsumen, pendapatan konsumen menentukan jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli oleh individu. Suatu pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan pendapatan lebih bagi konsumen.
b)      Preferensi Konsumen, sejak preferensi konsumen (atau selera ) suatu produk berubah, kuantitas permintaan oleh konsumen juga berubah.
c)       Biaya Produksi, faktor lain yang mempengarui harga ekulibirium adalah perubahan dalam biaya produksi.
D.      PENGARUH PEMERINTAH PADA KONDISI EKONOMI
Pemerintah mempengaruhi perekonomian melaui :
a)      Kebijkan Moneter, kebijakan pada tingkat persediaan uang suatu negara melalui tingkat suku bunga.
b)      Kebijakan Fiskal, keputusan bagaimana pemerintah harus menentukan tingkat pajak dan belanja uangnya.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan Moneter
Tingkat Pajak Bisnis
Pertumbuhan Ekonomi (pengeluaran oleh Pelanggan)
Penerimaan
Biaya Operasional
Biaya Bunga
Pendapatan
Pajak
Pendapatan Setelah Pajak
-
-
=
-
=
 















Gambar
Kebijakan Pemerintah Mempengaruhi Kinerja Bisnis

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
  • Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
  • Pola persebaran sumber daya
  • Distribusi pendapatan
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_fiskal (diakses pada tanggal 20 Maret 2011)
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil. [1]
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
[2]
  1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar
  1. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
[3]
  1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
  1. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
  1. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
  1. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
[4]
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter (Diakses pada tanggal 20 Maret 2011)